Official Website   I   Portal BBPPMBTPH

6281314599954

       

[email protected]

Detail Berita

AYO TANAM BENIH JAGUNG KOMPOSIT BERSERTIFIKAT!!!

Tanaman jagung adalah tanaman yang menyerbuk silang, artinya sebagian besar penyerbukan berasal dari tanaman lain. Pada tanaman yang bersari bebas (komposit), susunan genetik antar satu tanaman dengan yang lain dalam suatu varietas akan berlainan, akan tetapi varietas yang telah mengalami seleksi dan adaptasi pada suatu lingkungan akan menunjukkan suatu keseragaman fenotipe yang dapat dibedakan dengan varietas lain.   Benih jagung komposit dapat ditanam kembali pada pertanaman berikutnya, sedangkan pada varietas hibrida, karena dihasilkan melalui persilangan antara tetua tertentu, petani harus membeli benih baru setiap kali akan tanam meskipun varietasnya sama dengan pertanaman sebelumnya.

Dalam mementukan pilihannya menanam varietas jagung komposit ataupun hibrida, petani harus memperhatikan kriteria mutu benih. Menurut Andi Takdir Makkulawu Peneliti PRTP BRIN tiga kriteria utama yang harus diperhatikan dalam memilih benih adalah  (1) mutu genetik benih ditentukan berdasarkan identitas genetik yang telah ditetapkan oleh pemulia dan tingkat kemurnian dari varietas yang dihasilkan, (2) mutu fisiologi yakni mutu benih yang ditentukan oleh daya berkecambah/daya tumbuh dan ketahanan simpan benih, dan (3) mutu fisik ditentukan oleh tingkat kebersihan, keseragaman biji dari segi ukuran maupun bobot, kontaminasi dari benih tanaman lain atau biji gulma, dan kadar air.

Pada jagung komposit yang penyerbukannya tidak diatur dan tidak dijaga kemurnian genetiknya, jika benih dari hasil pertanaman sebelumnya digunakan secara turun-temurun (selalu menanam benih dari hasil panen sebelumnya) yang artinya tidak memenuhi kriteria pertama di atas, maka dapat terjadi perubahan sifat.  Contoh perubahan sifat tersebut seperti pada jagung komposit varietas Manado Kuning (Runtunewu et.al, 2016).  Pada saat dilepas sebagai varietas unggul sebelum tahun 1945, deskripsi karakter biji jagung Manado Kuning adalah biji berwarna kuning dan tipe biji flint. Tetapi hasil eksplorasi yang dilakukan oleh Runtunuwu et. al (2013) di wilayah Minahasa dan sekitarnya telah diperoleh sebanyak 28 aksesi jagung Manado Kuning. Hasil karakterisasi awal terhadap karakter tongkol jagung ke-28 aksesi tersebut terdapat keragaman tipe biji, yaitu flint dan dent; dan warna biji, yaitu kuning dan orange.  Hal inilah yang terjadi apabila tidak menggunakan benih bersertifikat yang dijaga kemurnian genetiknya.

Tujuan sertifikasi benih adalah menjaga kemurnian genetik suatu varietas sehingga benih bersertifikat yang ditanam petani memiliki sifat genetik yang sama seperti induknya.  Dengan sifat genetik yang sama, maka keunggulan dari varietas tersebut akan terlihat di pertanaman dan pada hasil produksinya. Oleh karena itu, meskipun benih jagung komposit dapat diperoleh dari pertanaman sebelumnya, tetapi pemerintah dalam hal ini Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan selalu mengkampanyekan penggunaan benih bersertifikat untuk menghindari penyimpangan genetik akibat penyerbukan liar yang mengakibatkan potensi keunggulan suatu varietas tidak muncul di pertanaman sehingga dapat merugikan petani.

Untuk dapat disertifikasi, suatu varietas harus dilepas terlebih dahulu oleh Menteri Pertanian.  Pada awalnya nama varietas untuk jagung komposit yang dilepas menggunakan nama wayang seperti Permadi, Bima, Pandu (dilepas tahun 1966), Arjuna (1980), Parikesit (1981), Abimanyu, Nakula, Sadewa (1983), Kalingga, Wiyasa (1985), Rama (1989), Antasena (1992), Wisanggeni, Bisma (1995), Surya (1996), Kresna (2000), Srikandi (2001), Srikandi Kuning, Putih (2004) dan Anoman (2006).  Tetapi kemudian aturan penamaan wayang ini tidak diberlakukan lagi, sebagai contoh 10 varietas terbaru jagung komposit yang dilepas adalah Pulut Tanimbar (2020), Jakarin1, Sinhas 1 (2019), Srinkadi Ungu 1 (2018), Srikandi Depu1 (2017), Uri4 (2016), Pulut Uri 1 dan 2 (2013), Provit A1 dan A2 (2011). Rata-rata hasil dari 10 varietas jagung komposit di atas antara 4,04 - 8,15 ton/ha dan potensi hasil 4,04 - 10,71 ton/ha, lebih rendah dibandingkan jagung hibrida dengan potensi hasil di atas 11 ton/ha.

Jagung komposit tetap menjadi salah satu pilihan petani untuk ditanam karena sesuai dengan preferensi rasa (untuk jagung pangan) atau sesuai dengan kebutuhan untuk ternak setempat, dan yang utama menjadi alasan petani menanam jagung komposit adalah tidak selalu harus membeli benih yang baru. Meskipun alasan yang terakhir ini menjadi tidak selaras dengan program penggunaan benih bersertifikat.  Dari 59 varietas jagung komposit yang sudah dilepas, yang berkembang dan ditanam petani tidak banyak dan hanya varietas Bisma dan Lamuru yang dapat masuk daftar 10 besar varietas yang ditanam petani. Pada tahun 2019, varietas Bisma ditanam hingga 3,5% (156 ribu ha) dan pada tahun ini hingga bulan September (data sementara) varietas Lamuru ditanam sebanyak 2,29% (32,86 ribu ha). Data penyebaran varietas menunjukkan, varietas jagung komposit yang banyak ditanam adalah varietas lokal. Berturut-turut persentase luas tanam penggunaan varietas lokal terhadap total luas tanam jagung sejak tahun 2018-2022 adalah 11,9%, 10,1%, 3,9%, 1,8% dan 9,2%. 

Berkaca dari keberhasilan perubahan penggunaan varietas padi dari varietas lama menjadi varietas baru (seri inpari) sebagai salah satu dampak program bantuan benih (hasil kajian UI), maka program bantuan pemerintah dalam budidaya jagung komposit termasuk di dalamnya bantuan benih dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan penggunaan benih jagung komposit bersertifikat.  Hal yang harus diselaraskan dalam program tersebut adalah kesesuaian antara lokasi bantuan, varietas yang akan ditanam dan ketersediaan benih sebar (label biru) dari varietas tersebut.  Kerjasama antara Direktorat Serealia, Direktorat Perbenihan, BSIP Serealia, Dinas Pertanian dan BPSB, produsen benih dan petani sangat diperlukan.