Salah satu kegiatan yang di laksanakan oleh
Kementerian di tahun 2023 adalah Gernas Penanganan Dampak El Nino selama periode
Agustus-Oktober 2023. Kementerian Pertanian menargetkan lokasi Gernas El Nino dilaksanakan
di lahan seluas 500.000 hektar (ha) di 10 provinsi yang terdiri dari 6 provinsi
utama dan 4 provinsi pendukung. Provinsi utama di Sumatera Utara dengan luas
tambahan tanam Gernas periode Agustus-Oktober 2023 adalah 45.000 ha di 13
Kabupaten, Sumatera Selatan 74.500 ha di 10 Kabupaten, Jawa Barat di Kabupaten,
Jawa Timur di 14 Kabupaten, Jawa Tengah di 22 Kabupaten, serta Sulawesi Selatan
di 11 Kabupaten, provinsi pendukung meliputi, Lampung di 6 Kabupaten, Banten di
Kabupaten, Kalimantan Selatan du 9 Kabupaten, serta NTB di 5 Kabupaten, dengan
total 10 provinsi 500.000 hektar.
El Nino merupakan fenomena iklim yang dapat
menyebabkan kemarau panjang dan cuaca ekstrem di berbagai wilayah. Dikutip
dari laman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, El Nino
diperkirakan masih akan berlangsung hingga akhir Oktober 2023. Kemudian, pada
bulan November terjadi transisi musim kemarau ke musim hujan.Fenomena ini
sangat diwaspadai oleh berbagai negara, sebab berpotensi mengganggu ketahanan
pangan nasional karena terancam gagal
panen.
Setiap hari Sabtu malam, tim Gernas melaksanakan
rapat online untuk memantau pelaksanaan gernas di Provinsi target. Pada saat
rapat juga dilaksanakan pemaparan untuk memberikan informasi terkini dalam
rangka percepatan gernas dampak Elnino ini. Salah satu informasi yang
disampaikan adalah adanya inovasi dengan menggunakan kincir angin untuk
membantu pengairan pertanaman. Inovasi kincir angin ini sudah dilaksanakan di
Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah. Saat ini masih terus dikembangkan
inovasi kincir angin berbiaya rendah karena memanfaatkan tenaga angin, inovasi
ini masih perlu ditingkatkan dalam hal teknologinya supaya dapat mengatasi
apabila adanya perubahan arah angin.
Berdasarkan informasi yang tersaji di media
online. Pada tahun 2008 sudah ada juga
kajian mengenai pemanfaatan tenaga angin ini untuk pertanian antara lain yaitu
di Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta. Potensi pemanfaatan
tenaga angin di bidang pertanian terungkap dalam presentasi PT Nuansa Cipta
Kreasi di depan jajaran pejabat Pemerintah Kabupaten Kulon Progo di Wates. PT
Nuansa Cipta Kreasi adalah partner Pusat Inkubator Bisnis Indonesia yang
bergerak di bidang pembuatan turbin dan kincir angin. Menurut Direktur PT
Nuansa Cipta Kreasi Sigit Wiriatmo, embusan angin di atas sawah yang lapang
dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan baling-baling kincir angin yang akan
menghidupkan alat kompresor di bagian bawah. Kompresor yang terhubung dengan
sistem perpipaan akan memompa air di sumur sawah dan mengalirkannya ke
permukaan sawah. "Debit air yang bisa dihasilkan 100 liter per menit. Satu
kincir angin berdiameter standar, 6 meter, bisa dimanfaatkan untuk memompa air
irigasi bagi lahan sawah seluas 2-5 hektar. Efektivitas kincir angin untuk
pemompaan air irigasi ini sudah dicoba PT Nuansa Cipta Kreasi dengan
menempatkan satu kincir percobaan di Temon. Meskipun menemui sejumlah kendala
teknis, pada prinsipnya kincir angin mampu membantu menekan pengeluaran petani
untuk pemompaan air saat kemarau yang mencapai Rp 70.000 per hektar per hari.
Kendala investasi Kendala dari pemanfaatan tenaga angin berasal dari faktor alam
dan besarnya nilai investasi. Arah dan kecepatan hembusan angin di selatan
Pulau Jawa umumnya tidak konstan. Jika kincir angin tidak dibuat fleksibel
terhadap angin, termasuk mampu mengerem otomatis saat angin terlalu kencang, kincir
bisa cepat rusak.
Pada tahun 2013, Sebanyak
31 kincir angin dipasang di pinggir Pantai Baru Bantul. Desain kincir mahasiswa
cukup unik dengan menampilkan hasil kreasi masing-masing. Bentuknya
bermacam-macam, dari yang berbentuk baling-baling hingga mirip dengan radar cuaca.
Kincir buatan mahasiswa ini sengaja dipasang untuk keperluan perlombaan Kompetisi
Kincir Angin Indonesia . Harki Apri Yanto, salah satu dosen pembimbing dari tim
Politeknik Manufaktur Astra Jakarta, ini sengaja menampilkan kincir yang
mirip radar deteksi cuaca. Model turbin kincir angin yang didesain tersebut
dinamakan multiblade vertikal. Desain turbin angin ini
diakuinya sudah pernah dikembangkan peneliti Taiwan. Atas izin peneliti Taiwan
tersebut, ia mencoba mengembangkannya di tanah air. Kincir ini menggunakan
banyak baling-baling, sehingga bisa berputar meski dengan kecepatan angin 1,5
meter perdetik. Namun begitu, untuk bisa menghasilkan energi listrik dibutuhkan
kecepatan angin 2,5 meter perdetik. Jika anginnya berkecepatan 4-6 meter
perdetik, bisa menghidupkan satu rumah dengan daya 500-600 watt. dalam
pembuatan kincir angin buatan mahasiswa diploma ini menghabiskan biaya sebesar
Rp 12 juta. Setelah beberapa kali dilakukan perbaikan dan dianggap optimal,
kincir ini pun diikutsertakan dalam perlombaan. Rencananya, kincir angin ini
diaplikasikan untuk kegiatan pertanian. Akan dilakukan sosialisasikan kincir angin untuk mengangkat air di lahan pertanian.