Dompu (26/07/2023) --- Peluncuran benih jagung bioteknologi dilaksanakan di kelompok tani Desa Banggo, Kecamatan Manggalewa, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat yang di hadiri Perwakilan PT. Bayer untuk Asean dan Pakistan, Direktur Jenderal Tanaman Pangan; Gubernur NTB, Bupati Dompu, Ketua Umum Kadin, PT.Seger Nusantara Indonesia, Pisagro, PT.Bank Mandiri, Kelompok Tani.
Benih bioteknologi bakal diandalkan untuk meningkatkan produksi jagung nasional. Harapannya, penggunaan bibit itu bisa meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kesejahteraan petani.
Hal itu dikatakan Koordinator Kelompok Substansi Penilaian dan Penyebaran Varietas Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Andi M Saleh. Dia menyampaikan hal itu dalam peluncuran benih bioteknologi DEKALB DK95R dari Bayer di Desa Banggo, Kecamatan Manggalewa, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, Rabu (26/7/2023).
”Benih merupakan komponen utama yang secara nyata berkontribusi dominan dalam meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman. Lanjut Andi menjelaskan, pemerintah terus mendorong pengembangan varietas-varietas baru baik melalui teknologi hibrida maupun bioteknologi. Hingga saat ini telah dilepas 317 varietas jagung hibrida dan delapan varietas jagung hidrida produk rekayasa genetika.
Rekayasa genetika, ujarnya, membuka peluang yang luas bagi pemulia (tanaman) untuk mengakses gen baru dari sumber eksotik dan beragam untuk dimasukkan ke dalam varietas atau hibrida unggul.
Mengingat varietas tersebut merupakan hasil rekayasa teknologi tinggi dengan pembiayaan besar, pemerintah terus mendorong swasta untuk mengembangkannya. Termasuk, di antaranya, yang dilakukan Bayer lewat bioteknologi DEKALB DK95R. ”Kami berharap komersialisasi benih jagung bioteknologi dari Bayer Indonesia akan berdampak nyata pada penyediaan benih, khususnya jagung, dan peningkatan produksi jagung nasional,” kata Andi.
Perwakilan PT.Bayer yang dihadiri Bayer Crop Science Country Cluster Head for Southeast Asia dan Pakistan Stacy Markovich pada acara peluncuran benih jagung Bioteknologi mengatakan, Bayer terus berkomitmen membawa inovasi atau teknologi baru untuk meningkatkan kesejahteraan petani di Indonesia dibandingkan benih jagung konvensional, DK95R mengandung sifat roundup ready yang toleran atau aman terhadap glifosat atau bahan aktif dalam herbisida roundup. Jadi, saat penyemprotan gulma, tanaman jagung dengan benih DK95R tidak ikut rusak.
Menurut Stacy, hasil uji coba yang mereka lakukan di lima provinsi musim lalu menunjukkan, petani yang menggunakan DK95R mendapat potensi peningkatan hingga 30 persen dibandingkan praktik konvensional. ”Peningkatan pendapatan ini diperoleh dari kombinasi hasil panen yang lebih tinggi dan pengurangan biaya input,” ujarnya.
Hal yang sama disampaikan oleh Hamzanwadi (38), petani dari Kelompok Tani Kesaming Masam Desa Labuan Kuris, Kecamatan Lape, mengatakan, selain memberikan potensi hasil yang tinggi, benih bioteknologi juga mampu mengurangi biaya produksi petani.
Peningkatan itu, katanya, karena banyak efisiensi. Karakter benih DK95R, misalnya, membuat ia dan petani lain hanya perlu sekali tenaga untuk menyemprot atau mengendalikan gulma dari semula tiga kali. Pupuk juga bisa terserap dengan optimal.
”Benih ini tahan dengan herbisida yang selama ini jadi racun tidak hanya buat gulma, tetapi juga jagung sendiri. Kalau sampai kena herbisida, jagung bisa ikut mati. Tetapi, dengan DK95R, tanaman aman,” tuturnya.
Hermanto Siregar dari Kadin Pusat menambahkan, ada kesenjangan besar antara pasokan dan permintaan jagung di Indonesia. Oleh karena itu, industri benih harus mengambil inisiatif untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Lanjut Hermanto mengatakan, pihaknya mengapresiasi langkah Bayer yang turut ambil bagian dengan menghadirkan benih bioteknologi. Termasuk membentuk model bisnis closed-loop bersama Seger Agro Nusantara, pembeli jagung hasil panen petani. Dengan begitu, pada akhirnya para petani dan semua mitra dalam rantai nilai jagung akan mendapatkan manfaat.
Sedangkan Bupati Dompu Kader Jaelani yang hadir pada acara tersebut menuturkan, masyarakat Dompu selama ini selalu ingin merambah hutan untuk memperluas lahan demi meningkatkan produksi. Hal itu berpotensi menimbulkan bencana alam, seperti longsor dan banjir. ”Tetapi, dengan produk ini, walaupun kita punya lahan 1 hektar, kita bisa menggenjot hasil yang kita capai,” kata Kader.
Terkait hal itu, Stacy menegaskan, mereka juga tentu tidak ingin terus ada ekstensifikasi lahan. Hal itu membuat pengembangan akan terus dilakukan. "Termasuk produk berikutnya bisa memberikan hasil produksi yang lebih tinggi lagi tanpa menghilangkan keunggulan yang dimiliki varietas sebelumnya,” ucapnya.