Official Website   I   Portal BBPPMBTPH

6281314599954

       

[email protected]

Detail Berita

Vigor benih sering diartikan sebagai kekuatan tumbuh benih di lingkungan yang sub-optimum, kebalikan dari daya berkecambah yang menunjukkan tingkat perkecambahan benih pada kondisi optimum.  Benih yang memiliki tingkat persentase perkecambahan yang sama bisa saja memiliki tingkat vigor yang berbeda. Secara teoritis, penurunan vigor lebih cepat dibandingkan penurunan viabilitas atau daya berkecambah benih.


Suatu lot benih yang memiliki nilai daya berkecambah rendah menunjukkan benih telah mengalami deteriorasi sehingga pertumbuhannya akan rendah (tidak memuaskan). Tetapi bila nilai daya berkecambah tinggi (di atas standar keberterimaan), mungkin dibutuhkan informasi lain untuk dapat menduga pertumbuhannya di lapang.  Dalam hal ini, status vigor lot benih tersebut menjadi sangat penting.


Vigor benih memiliki beberapa karakteristik seperti daya simpan, kecepatan tumbuh, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan benih menjadi tanaman yang tumbuh dan berproduksi baik, maka uji vigor benih menjadi banyak jenisnya. Vigor benih berbanding terbalik dengan waktu, artinya semakin bertambahnya waktu atau umur benih, maka vigor benih semakin menurun.  


Uji Vigor Dalam standar mutu benih di Indonesia maupun di negara-negara lain, vigor benih belum menjadi salah satu syarat mutu benih untuk diedarkan/dipasarkan.  Berbeda dengan persentase daya berkecambah (germination percentage) yang selalu menjadi salah satu syarat mutu benih.  Salah satu penyebab hal ini adalah karena uji daya berkecambah lebih mudah untuk distandardisasikan sehingga lebih mudah dilaksanakan di laboratorium dibandingkan uji vigor benih.  Metode uji daya berkecambah benih yang sudah distandardisasikan lebih banyak jumlahnya dibandingkan metode uji vigor benih.  


Seperti kita ketahui, untuk membandingkan mutu dua kelompok (lot) benih yang berbeda secara ‘fair’ harus dilakukan dengan menggunakan metode pengujian yang sama.  Apabila metode, satuan dan interpretasi yang digunakan berbeda dalam menguji dua lot benih, maka hasil yang diperoleh berbeda adalah suatu kewajaran. 


Dalam ISTA Rules, hampir semua jenis benih telah tersedia metode uji daya berkecambah yang repeatabilitas dan reprodusibilitasnya sudah teruji. Secara prinsip metode pengujian daya berkecambah adalah dengan mengecambahkan 400 benih di media tertentu, pada suhu tertentu dengan waktu dan cara evaluasi tertentu yang spesifik sesuai dengan jenis benih. 

Persentase daya berkecambah adalah persen kecambah normal yang dihitung setelah waktu tertentu.  Persyaratan suatu kecambah disebut normal berbeda-beda untuk setiap komoditas.  Meskipun masing-masing komoditas memiliki syarat pengujian yang berbeda tetapi sama dalam prinsip metode, satuan dan interpretasi hasil uji.


Akan tetapi tidak demikian dengan metode uji vigor. Fisiologi penuaan benih menjadi dasar dalam pengembangan pengujian vigor benih, seperti peningkatan kebocoran membran yang dideteksi dalam uji konduktivitas listrik (uji daya hantar listrik = DHL), kerusakan dan kematian jaringan yang diamati dalam uji terazolium (TZ), penurunan kecepatan perkecambahan yang dapat dilihat pada uji Radicle Emergence (RE) dan keseluruhan proses dalam penuaan benih dalam uji accelerated ageing (AA) dan uji deteriorasi terkontrol (controlled deterioration tes t= CD).


Menurut Komite Vigor ISTA, kriteria penting dalam pengembangan uji vigor adalah memastikan bahwa metode uji tersebut sesuai dengan tujuannya dalam mengukur salah satu atau beberapa karakteristik vigor benih untuk benih-benih yang ada di pasaran (benih komersial). 

Tingkat vigor benih akan terlihat nyata melalui pertumbuhan benih di lapangan atau di rumah kaca, dalam keseragaman pertumbuhannya atau dalam potensi daya simpannya.  ISTA menetapkan hanya apabila hubungan antara hasil uji dan tingkat vigor dapat ditentukan dengan pasti maka metode uji vigor tersebut dapat disebut telah sesuai dengan tujuannya.


ISTA telah memperoleh banyak usulan metode uji vigor benih.  Akan tetapi sebagian besar tidak dapat menunjukkan bukti hubungan hasil uji metode tersebut dengan tingkat vigor benih pada benih komersial.  Kemungkinan uji coba metode baru terbatas pada benih yang tingkat vigornya diciptakan di laboratorium melalui berbagai perlakuan (bukan menggunakan benih komersial yang ada di pasaran).  Dengan demikian ISTA tidak dapat melanjutkan usulan metode uji vigor tersebut dalam program validasi metode.  


Hingga saat ini metode uji vigor yang telah menjadi metode resmi ISTA adalah uji DHL untuk benih kedelai, buncis, kapri, kacang arab dan lobak, uji AA untuk benih kedelai, uji CD untuk benih golongan sawi/kol (Brassica spp), uji RE untuk benih kanola, lobak, gandum dan jagung, dan uji TZ untuk benih kedelai.


Penggunaan Uji Vigor Hasil uji vigor memiliki implikasi yang penting bagi industri dan konsumen benih.  Apabila kondisi lingkungan tempat benih ditanam mendekati kondisi ideal, maka biasanya pertumbuhan benih akan relatif sama dengan nilai daya berkecambah, sehingga status vigor benih tidak terlalu dibutuhkan. 


Apabila lingkungan tumbuh benih dalam kondisi yang tidak ideal seperti suhu tanah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, kekeringan atau justru terlalu banyak air, maka penggunaan benih yang vigornya tinggi akan lebih menguntungkan. Keuntungan tersebut biasanya bukan karena peningkatan produksi tetapi lebih kepada mengurangi potensi penyulaman sehingga tidak diperlukan benih yang lebih banyak, pertumbuhan lebih seragam dan mengurangi potensi kegagalan.


Iklim Indonesia sebagai negara tropis, secara umum tidak memberikan stress yang berlebihan terhadap benih, tidak ada suhu tanah yang terlalu dingin seperti saat musim dingin di negara sub-tropis. Petani pun sudah menyesuaikan jadwa tanam dengan kondisi lingkungan seperti petani tidak tanam benih ketika air tanah tidak memadai atau ketika air belum surut.  

Tetapi stress benih di Indonesia lebih sering terjadi saat disitribusi dan penyimpanan.  Iklim tropis mengakibatkan suhu dan kelembaban yang tidak ideal untuk penyimpanan benih. 

Produsen benih yang kapasitas produksi besar, harus memiliki pengaturan lot mana yang harus yang segera dijual dan lot mana yang dapat disimpan untuk kebutuhan berikutnya dan berapa lama maksimal waktu penyimpanannya.  Data untuk pengaturan tersebut dapat disediakan dari hasil uji vigor.

Untuk benih yang akan didistribusikan jarak jauh, hasil uji vigor dapat digunakan untuk menentukan lot mana yang akan lebih tahan dengan kondisi transportasi, sehingga diharapkan pada saat diterima oleh pengguna benih, benih tersebut masih dalam tingkat mutu yang sama.  Lot benih yang memiliki vigor tinggi akan lebih tahan terhadap stress seperti karena perubahan suhu dan kelembaban atau karena benturan mekanis/fisik.


Kesimpulan :

Uji vigor benih dapat memberikan informasi yang lebih detil tentang mutu benih, dibanding uji daya berkecambah. Informasi tersebut diperlukan dalam pengambilan keputusan ketika harus memilih lot benih yang akan disimpan, yang dapat didistribusikan jauh dan yang akan ditanam pada kondisi lingkungan yang kurang ideal. 

Jenis uji vigor berbeda-beda tergantung dengan tujuan yang ingin dideteksi.Untuk kondisi di Indonesia, uji vigor yang dikembangkan sebaiknya yang bertujuan untuk mendeteksi ketahanan terhadap kondisi transportasi dan penyimpanan. 

Batas-batas tingkat vigor ditentukan setelah hasil percobaan menunjukkan hasil uji vigor terlihat nyata korelasinya dengan pertumbuhan benih di lapangan atau di rumah kaca, dalam keseragaman pertumbuhan atau dalam potensi daya simpan.  


Daftar Pustaka

Alison A. Powell, 2021. Vigour Committee’s Report. International Seed Testing Association News Bulletin No. 162 October 2021.

ISTA Vigour Test Committee, 1995. Understanding Seed Vigour.  ISTA Zurich, CH-Switzerland.

ISTA, 2022. International Rules for Seed Testing. ISTA Zurich, CH-Switzerland.