Official Website   I   Portal BBPPMBTPH

6281314599954

       

[email protected]

List Pelaksanaan Pengembangan
Validasi Metode.

Pengaruh Transportasi Terhadap Ketahanan Mutu Benih Kedelai (2016)

Kemunduran benih dapat ditengarai secara biokimia dan fisiologi. Indikasi biokimia kemunduran benih dicirikan antara lain penurunan aktivitas enzim, penurunan cadangan makanan, meningkatnya nilai konduktivitas. Indikasi fisiologi kemunduran benih antara lain penurunan daya berkecambah dan vigor. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan berkaitan dengan mutu benih kedelai setelah transportasi dan selama kurun waktu penyimpanan. Tujuan dari kegiatan ini memperoleh informasi mutu benih kedelai akibat transportasi dan mendapatkan data awal untuk memperhitungkan masa berlaku label. Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini di Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB-TPH) TaposDepok, UPT PSBTPH Propinsi Jawa Timur, dan UPTD BPSBTPH Prov. Lampung pada Tahun Anggaran 2016.

Download Dokumen Lihat Dokumen
Verifikasi Kapasitas Desikator dan Optimalisasi Jumlah Cawan dalam Penetapan Kadar Air (KA) Benih Padi

Tingkat keakuratan/kebenaran hasil pengujian berdasarkan SNI ISO/IEC 17025:2008 sangat ditentukan oleh faktor manusia, kondisi akomodasi dan lingkungan, metode pengujian dan validasi, peralatan, ketertelusuran pengukuran, pengambilan contoh dan penanganan barang yang diuji. Tingkat keakuratan hasil pengujian kadar air (KA) dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya analis yang kurang begitu diperhatikan, seperti: menimbang wadah KA dalam jumlah banyak sekaligus, masih menggunakan desikan yang tidak efektif, teknik memindahkan wadah KA ke dalam dan keluar oven dll. Berdasarkan hal tersebut maka, dilakukan verifikasi untuk dapat menetapkan jumlah wadah KA optimal yang dapat ditimbang sekaligus tanpa mempengaruhi hasil KA serta mengetahui efektivitas desikan silica gel terhadap hasil KA dengan menggunakan maksimal jumlah wadah KA (cawan porselen/alumunium) dalam desikator berukuran standar (diameter 29,5 cm dan tinggi 28 cm).

Download Dokumen Lihat Dokumen
Verifikasi Metode ISTA No 011 Deteksi Pyricularia oryzae pada Benih Padi

Organisme pengganggu tanaman dapat menurunkan kualitas benih melalui infeksi pada jaringan benih atau kontaminasi pada permukaan benih. Organisme pengganggu tanaman, seperti patogen, dapat berupa bakteri, cendawan maupun virus dan nematoda. Untuk mendeteksi keberadaan patogen atau status kesehatan benih diperlukan pengujian kesehatan benih. Sebagai acuan dalam pengujian mutu benih, ISTA juga telah mengeluarkan beberapa metode standar untuk pengujian kesehatan benih yang diterbitkan dalam Annexe Chapter 7: Seed Health Testing. Metode ISTA No. 7-011 merupakan metode untuk deteksi Pyricularia oryzae pada benih padi. Prinsip metode ISTA No. 7-011 adalah menggunakan metode Blotter Test dengan perlakuan suhu inkubasi 22 ± 2ºC dibawah penyinaran lampu NUV dengan 12 jam terang dan 12 jam gelap secara bergantian.

Download Dokumen Lihat Dokumen
Verifikasi Optimasi Penanda Simple Sequence Repeat (SSR) Dalam Kemurnian Genetik Secara Molekuler (DNA) Padi Hibrida

Upaya pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan melalui peningkatan produktivitas padi diantaranya adalah penggunaan benih padi hibrida yang memiliki keunggulan produksi tinggi. Benih hibrida merupakan keturunan pertama (F1) yang dihasilkan dari persilangan antara dua atau lebih tetua pembentuknya (galur induk/ inbrida homozigot). Sebanyak 98 varietas padi hibrida telah dilepas di Indonesia antara lain adalah HIPA Jatim 1, HIPA Jatim 2, HIPA 3, HIPA 5 ceva, HIPA 7, HIPA 8, HIPA 9, dan HIPA 6 Jete. Beberapa varietas tersebut berasal dari tetua Galur Mandul Jantan (CMS) A1 kecuali HIPA 6 Jete yang berasal dari A2 dengan tetua Pemulih Kesuburan (Restorer) yang beragam seperti R2, R5, R14, PK 12, PK 17, PK 21, PK 88.

Download Dokumen Lihat Dokumen
Verifikasi Pengujian Daya Berkecambah Pada Beberapa Varietas Benih Kedelai pada Media Kertas dan Pasir

Pengujian mutu benih tanaman pangan mengacu pada Keputusan Menteri Pertanian 635/HK.150/C/07/2015 tanggal 24 Juli 2015 tentang Pedoman Teknis Pengambilan Contoh Benih dan Pengujian/Analisis Mutu Benih Tanaman Pangan yang merupakan metode standar dalam pengujian mutu benih yang mengacu pada ISTA Rules, pengujian daya berkecambah kedelai dapat dilakukan pada media kertas dan pasir pada suhu 25°C atau 20 <=>30°C. Perbedaan hasil nilai daya berkecambah dapat terjadi dengan penggunaan media perkecambahan yang berbeda. Untuk itu, dilaksanakan verifikasi metode pengujian terhadap beberapa varietas kedelai pada media perkecambahan yang berbeda yaitu media kertas dan pasir di Balai Besar PPMB-TPH dengan tujuan untuk mendapatkan media yang sesuai untuk pengujian daya berkecambah beberapa varietas benih kedelai. Benih Kedelai yang digunakan adalah benih kedelai varietas Grobogan, Anjasmoro dan Argomulyo. Media perkecambahan berupa media kertas, pasir, dan media kertas versa pak dengen metode Top papaer Covered with Sand (TPS). Pengujian daya berkecambah baik dengan media pasir maupun media kertas dilaksanakan dilaboratorium dengan suhu 25oC ± 2oC dan RH terkendali.

Download Dokumen Lihat Dokumen
Validasi Uji Daya Hantar Listrik dengan Daya Berkecambah untuk Pengujian Mutu Benih Kedelai

Uji daya hantar listrik (uji DHL) merupakan salah satu metode uji vigor yang telah resmi diterbitkan dalam ISTA Rules. Berdasarkan hasil kegiatan koordinasi yang dipimpin oleh Direktur Perbenihan dan dihadiri oleh perwakilan dari Direktorat Perbenihan, Direktorat Budidaya AKABI, Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan), Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan), Kepala pengujian tersebut. Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi), Balai Besar PPMB-TPH, UPTD BPSBP Yogyakarta dan BPSBTPH Jawa Barat, serta berdasarkan kajian Balai Besar PPMB-TPH dan Balitkabi diketahui bahwa metode DHL tersebut bersifat kuantitatif dengan biaya pengujian yang relatif murah.

Download Dokumen Lihat Dokumen
Verifikasi Pengujian Nematoda Aphelenchoides besseyi Terbawa Benih Padi

Pengujian nematoda Aphelenchoides besseyi terbawa benih padi telah tercantum dalam ISTA Rules (Chapter 7 Nomor 025) sebagai metoda resmi ISTA, validitas uji nematoda tidak perlu diragukan lagi, tetapi verifikasi pelaksanaan pengujian oleh suatu laboratorium perlu dilaksanakan untuk menentukan kemampuan laboratorium tersebut dalam melaksanakan pengujian. Tujuan dari pengembangan metode ini adalah memantau kemampuan analis Balai Besar PPMB-TPH dalam melaksanakan pengujian nematoda terbawa benih padi, serta memverifikasi tingkat reprodusibilitas uji nematoda terbawa benih padi di beberapa laboratorium nematoda di Indonesia.

Download Dokumen Lihat Dokumen
Penentuan Batas Maksimum Nematoda Parasit Aphelenchoides besseyi pada Benih Padi untuk Standar Mutu Kesehatan

Aphelenchoides besseyi adalah nematoda parasit tanaman padi yang bersifat terbawa benih padi. Hasil pengkajian nematoda terbawa benih padi di laboratorium dan lapangan Balai Besar PPMB-TPH tahun 2014, menunjukkan sampel benih padi yang yang mengandung 51-100 spesimen A. besseyi per 400 butir benih, 101-150 spesimen A. besseyi per 400 butir benih dan ? 151 spesimen A. besseyi per 400 butir benih dapat mengekspresikan gejala penyakit white tip atau pucuk putih, namun belum diketahui dampaknya terhadap hasil padi. Fukano, 1962; Todd dan Atkins, 1958 dalam Hoshino dan Togashi, 2000 menyatakan tanaman padi yang terinfeksi menyebabkan kekerdilan, daun padi berwarna lebih hijau gelap dan biasanya melintir di tunas/pucuk dan bagian daun terminalnya klorosis. Selain itu panjang malai padi berkurang dan menghasilkan lebih sedikit biji daripada tanaman padi yang tidak terinfeksi. Selain itu biji padi menjadi lebih tipis, persentase biji hampa meningkat dan terdapat bintik hitam pada gabah. Infeksi Aphelenchoides besseyi menyebabkan kehilangan hasil dan kualitas gabah menjadi menurun (Hoshino dan Togashi, 2000).

Download Dokumen Lihat Dokumen
Korelasi Uji Tetrazolium dengan Daya Berkecambah Benih Kedelai

Viabilitas benih adalah kemampuan benih untuk berkecambah pada kondisi yang optimum untuk perkecambahan. Lamanya periode pengujian daya berkecambah (8 hari) seringkali menjadi kendala dalam proses sertifikasi, dimana beberapa konsumen pengujian mengharapkan dapat memperoleh hasil pengujian yang lebih cepat namun tetap akurat. Sehingga uji cepat viabilitias melalui uji tetrazolium (TZ) diharapkan mampu menjadi alternatif dalam mempercepat waktu pengujian di laboratorium.

Download Dokumen Lihat Dokumen
Kajian Masa Berlaku Label Benih Jagung yang disimpan di Cold Storage

Jagung merupakan salah satu dari tiga pangan unggulan yang ditargetkan untuk swasembada. Dalam buku pedoman yang diterbitkan oleh Direktorat Perbenihan Direktorat Jendral Tanaman Pangan tentang Persyaratan dan Tata cara Sertifikasi Benih Tanaman Pangan, disebutkan bahwa masa berlaku label benih jagung hibrida, masa berlaku label diberikan paling lama 9 bulan sejak tanggal selesai pengujian atau paling lama 11 bulan setelah panen, dan 12 bulan dari selesai pengujian atau 14 bulan dari panen untuk benih yang disimpan dalam cold/control storage. Pada pelaksanaannya banyak benih yang tidak disimpan di dalam cold storage selama 12 bulan, namun masa berlaku label tetap dihitung selama 12 bulan setelah benih keluar dari cold storage. Percobaan ini dilakukan untuk mengkaji/mengevaluasi masa berlaku label benih jagung hibrida dengan memantau mutu fisiologis yang disimpan di cold/control storage dan open storage/gudang (dengan masa simpan hingga bulan ke-24).

Download Dokumen Lihat Dokumen