Pengembangan metode merupakan salah satu tupoksi Balai Besar Pengembangan
Pengujian Tanaman Pangan dan Hortikultura yang dilaksanakan setiap tahunnya
dengan 10 judul dari tanaman pangan. Judul-judul kegiatan terdiri dari beberapa
komoditas tanaman pangan diantaranya padi, jagung, kedelai, porang, ubi kayu,
dan sorgum. Kegiatan pengembangan metode Evaluasi Hasil dan Mutu Benih Kedelai
Pengaruh Penundaan Prosesing menggunakan benih kedelai varietas Dega 1 dengan
kelas BP dan Varietas Anjasmoro dengan kelas BP1.
Hasil kegiatan pengembangan metode ini
selain berupa metode juga berupa benih kedelai bersertifikat varietas Dega 1
dengan kelas benih BP 1 dan benih kedelai varietas Anjasmoro dengan kelas benih
BP 2. Tujuan dari pengembangan metode ini adalah memperoleh data mutu benih
pengaruh penundaan prosesing. Dengan adanya data ini diharapkan akan diperoleh
waktu prosesing yang tepat untuk benih kedelai yang baru panen.
Kegiatan pengembangan metode ini dilakukan bekerjasama dengan produsen CV. PB Utama. Benih kedelai hasil kegiatan pengembangan metode dikemas dengan kemasan 5 kg dengan label berwarna ungu.
Gambar 1. Label benih kedelai varietas Anjasmoro
Benih kedelai hasil kegiatan pengembangan metode diperbantukan ke kelompok tani dengan sistem revolving yaitu kelompok tani yang menerima akan menggulirkan benih kedelai hasil panen ke kelompok tani lain.
Gambar 2. Penyerahan benih kedelai ke kelompok tani Lampung
Bantuan
benih kedelai dilaksanakan oleh Balai Besar PPMBTPH yang merupakan hasil dari
pengembangan metode dilakukan dengan revolving, dengan ketentuan penerima benih
dimaksud selanjutnya melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Mengembangkan dan memperbanyak benih
yang diterima dan menjaga mutu benih sesuai dengan standar yang ditetapkan.
b. Menyerahkan benih sejumlah bantuan
yang diterima ke penangkar/ kelompok tani lainnya.
c.
Menyampaikan
laporan hasil produksi benih yang dihasilkan kepada Balai Besar PPMBTPH melalui
BPSB/ Dinas Pertanian setempat.
Dengan metode revolving diharapkan hasil benihnya bisa
dikembangkan secara berkelanjutan dari penangkar/kelompok tani yang satu dengan
kelompok tani yang lain. Sehingga ada perguliran benih kedelai yang
dikembangkan.