Serangan nematoda pada tanaman kentang telah menjadi masalah penting di sentra produksi kentang di Indonesia. Nematoda, terutama dari spesies Meloidogyne, dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen secara drastis. Gejala serangan ini mencakup pertumbuhan tanaman yang tidak normal, merana, kerdil, dan layu pada kondisi kelembaban tanah atau udara yang relatif kering. Pada tanaman yang terkena serangan tampak tidak segar dibandingkan dengan tanaman yang tidak terinfeksi, namun pada tanaman yang tidak terinfeksi tampak segar.
Pada perakaran tanaman kentang yang terinfeksi, tampak pembengkakan dan benjolan. Umbi kentang yang terserang menunjukkan bentuk yang tidak normal, berbenjol-benjol, dan memiliki gejala serangan di daging bawah kulit umbi. Serangan parah dapat mengakibatkan gangguan pembentukan umbi dan cacat pada umbi, yang berdampak pada penurunan kualitas dan kuantitas produksi.
Di Indonesia, nematoda bengkak akar (Meloidogyne) menjadi penyebab utama kerusakan pada tanaman kentang. Meloidogyne memiliki morfologi yang khas dengan stilet kecil dan bentuk kepala oval. Nematoda betina dewasa berbentuk botol dengan ukuran 0,25 mm – 0,5 mm panjang dan 0,01 mm – 0,04 mm lebar. Identifikasi jenis nematoda ini dapat dilakukan dengan mengamati pola perineal (Perineal pattern) yang jelas di sekitar vulva dan anus.
Dalam menghadapi kondisi ini, diperlukan jaminan keabsahan hasil uji untuk menjaga kualitas pengujian di Laboratorium. Laboratorium Pengujian Nematoda Balai Besar PPMBTPH telah melaksanakan pemeliharaan ruang lingkup sesuai dengan standar SNI ISO/IEC 17025:2017 berupa uji banding antar analis yang dilaksanakan setiap tiga tahun sekali. Kegiatan uji banding ini menjadi salah satu data dukung menghadapi surveilen oleh Komisi Akreditasi Nasional yang direncanakan pada Agustus 2024. Deteksi Meloidogyne spp. dilakukan dengan mengamati perbedaan karakteristik jaringan umbi kentang yang menunjukkan gejala. Umbi kentang yang terinfeksi Meloidogyne spp. memiliki gejala permukaan umbi tidak rata, bergelombang dan berbintil, dan terkadang disertai dengan adanya serangan dari patogen lain sehingga umumnya umbi cepat busuk (Gambar 1). Bagian umbi yang terserang nematoda puru akar bila kulit luarnya dikupas akan terlihat titik-titik berwarna krem kekuningan yang merupakan nematoda betina bila dilihat di bawah mikroskop.
Gambar 1. Umbi kentang yang memiliki gejala terinfeksi Meloidogyne spp.
Terkait dengan pemeliharaan ruang lingkup tersebut, Kepala Balai Besar bersama Tim, melakukan koordinasi dengan UD. Nugraha Putra, produsen benih kentang di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. UD. Nugraha Putra memainkan peran penting dalam menyediakan benih kentang berkualitas, tidak hanya untuk kebutuhan di Pulau Jawa, tetapi juga untuk Sumatera dan Kalimantan.
Dengan fasilitas yang memadai seperti laboratorium kultur jaringan dan gudang penyimpanan benih bersertifikat, UD. Nugraha Putra memastikan mutu benih kentang dari hulu hingga hilir. Fasilitas ini mendukung perbanyakan benih kentang bersertifikat untuk kelas G1 dan G2, dengan lokasi penangkaran yang tidak jauh dari laboratorium kultur jaringan. Proses perbanyakan benih yang dilakukan secara kultur jaringan dapat menjamin kemurnian varietas.
Pemeriksaan pertanaman, mulai dari sejarah lapangan hingga panen, dilakukan di bawah pengawasan BPSB setempat karena UD. Nugraha Putra masih dalam proses menuju terakreditasi sebagai Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM). Gudang penyimpanan benih kentang yang luas tersedia untuk menempatkan benih sebelum siap disalurkan. Penyimpanan di gudang bertujuan untuk mencegah dan mengurangi kerugian akibat kerusakan panen yang dapat menjadi sumber penyakit pada benih.
Benih kentang berupa umbi memiliki masa dormansi di mana umbi kentang tidak akan bertunas sampai waktu tertentu. Selama masa dormansi, kentang bibit dapat disimpan di gudang bersuhu dingin (cool storage) dan di gudang terang bersuhu ruang.
Gambar 2. Koordinasi Balai Besar BBPMTPH dengan produsen penangkar benih kentang UD. Nugraha Putra, Pangelangan Kab. Bandung Jawa Barat.