Uji profisiensi adalah sebagai salah satu alat untuk evaluasi kinerja laboratorium dalam melakukan pengujian sampel menggunakan metode yang diterapkan. Balai Besar PPMBTPH sebagai Penyelenggara Uji Profisiensi (PUP) yang terakreditasi secara terjadwal telah menyelenggarakan uji profisiensi untuk komoditi benih tanaman pangan dan hortikultura pada setiap tahunnya. Hal ini sesuai dengan fungsinya sebagai PUP berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 10 Tahun 2023, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Penyelenggaraan uji profisiensi dilaksanakan sesuai dengan kebijakan KAN dan mengacu pada persyaratan ISO/IEC Guide 43 serta ISO 13528:2015. Sebagai obyek uji profisiensi pada tahun 2024 adalah benih padi (Oryza sativa) dan buncis (Phaseolus vulgaris L.) dengan parameter penetapan kadar air, analisis kemurnian dan pengujian daya berkecambah, serta penetepan berat 1000 butir (khusus untuk benih buncis).
Uji profisiensi memerlukan sampel yang homogen dan stabil. Sebelum digunakan sebagai bahan uji profisiensi, benih harus dipastikan homogen. Homogenitas benih sebagai bahan uji profisiensi memiliki peran penting dalam memastikan hasil pengujian yang konsisten dan dapat dipertanggungjawabkan. Ini berarti bahwa benih yang digunakan memiliki karakteristik yang seragam pada seluruh sampel. Uji homogenitas benih dapat dilakukan dengan berbagai metode, PUP Balai Besar PPMBTPH melakukan homogenisasi benih dengan menggunakan metode Ronaldon, sedangkan analisis statistik yang digunakan berdasarkan ISO 13528:2015 dan ISTA Rules untuk pengujian profisiensi melalui perbandingan antar laboratorium. Dalam praktiknya, beberapa contoh benih diambil secara acak dan diuji untuk memastikan bahwa hasil pengujian dari setiap contoh seragam dan konsisten. Proses homogenisasi benih padi dilakukan secara mekanis dengan menggunakan alat conical devider.
Uji homogenitas benih dapat digunakan untuk memastikan bahwa perbedaan hasil pengujian antara peserta uji profisiensi bukan disebabkan oleh perbedaan dalam persiapan sampel, melainkan murni karena kesalahan peserta uji profisiensi. Dengan memastikan homogenitas benih, uji profisiensi dapat memberikan gambaran yang lebih baik tentang kompetensi laboratorium dalam melakukan pengujian. Benih yang homogen memastikan bahwa hasil pengujian dari berbagai laboratorium akan konsisten dan dapat dibandingkan secara akurat.