Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, selalu menekankan kepada jajaran kementerian pertanian baik pusat maupun daerah serta para petani untuk mengantisipasi terjadinya krisis pangan akibat perubahan iklim yang ekstrim serta kelangkaan dan mahalnya harga pupuk kimia.
Menteri Pertanian SYL mendorong untuk melakukan terobosan dan inovasi baru untuk mengantisipasi permasalahan tersebut serta melakukan upaya percepatan tanam diseluruh wilayah yang ketersediain airnya masih melimpah.
Lebih lanjut Dirjen Tanaman Pangan Suwandi dalam sambutannya pada acara live webinar dengan tema bimtek pembuatan elisitor biosaka yang dilaksanakan diKecamatan Plupuh, Sragen, menyatakan bahwa penggunaan bahan organik pada budidaya tanaman menjadi salah satu alternatif untuk mengantisipasi mahalnya harga pupuk kimia, pada kesempatan tersebut Suwandi mendorong penggunaan elisitor biosaka, mesikipun biosaka bukan pupuk, bukan pestisida dan bukan vitamin untuk tanaman, tetapi sudah banyak testimony dari petani pengguna elisitor biosaka dari berbagai wilayah di Indonesia yang menyatakan dengan aplikasi biosaka tanamannya menjadi lebih bagus, dan di beberapa tempat dengan aplikasi elisitor biosaka dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Berbagai upaya terus dilakukan pemerintah dalam memacu produksi untuk menghadapi berbagai tantangan global diantaranya melaksanakan early warning system antisipasi dini, adaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim maupun hama penyakit tanaman, tegas Suwandi.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sragen Eka Rini Mumpuni mengapresiasi pelaksanaan live webinar yang dilaksanakan di Desa Ngrombo Kecamatan Plupuh, Sragen pada tanggal 28 April 2023 ini, karena bisa memberikan tambahan informasi bagi petani di Kecamatan Plupuh yang bisa hadir langsung serta bisa melihat langsung demplot biosaka sehinggga diharapkan petani dapat mengikuti secara langsung manfaat biosaka di lapangan.
Dalam laporannya Eka Rini Mumpuni menjelaskan Pengaplikasian Biosaka yang telah dilaksanakan dari bulan Januari s.d. April 2023 seluas 228,74 Ha yang tersebar di 20 Kecamatan, 103 Desa dan 189 Poktan, luasan aplikasi tentu akan terus bertambah mengingat masih banyak lahan sawah yang belum tanam.
Pada Kesempatan yang sama Kepala Balai Besar PPMBTPH, Warjito kembali mendorong petani khususnya di kecamatan Plupuh untuk mengaplikasikan biosaka karena banyak manfaatnya disamping gratis, mudah dibuat juga dapat memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman, untuk mempercepat adopsi aplikasi elisitor biosaka maka Balai Besar PPMBTPH bekerjasama dengan poktan Ngesti Mulyo desa Ngrombo, kecamatan Plupuh melakukan demplot penggunaan elisitor biosaka seluas 1 hektar, melalui Kadis Pertanian Kabupaten Sragen, Warjito mengharapkan dengan adanya demplot biosaka, aplikasi biosaka samakin meluas sehinga pendapatan petani meningkat karena input produksi menurun, "tiada hari tanpa meremas biosaka"imbuhnya.
Praktisi dan penggagas elisitor biosaka Muhamad Ansar yang menjadi salah satu nara sumber pada webinar tersebut, kembali mengajak kepada petani baik yang hadir langsung maupun melalui zoom meeting untuk mengaplikasikan elisitor biosaka ini, penelitian tentang elisitor ini sudah banyak dilakukan, dan dari hasil uji laboratorium, bahwa elisitor dari remasan rerumputan/dedaunan yang dinamakan biosaka ini terdapat kandungan fitokimia yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman, tegas Muhamad Ansar.
Salah satu pelaksana demplot biosaka Perry Setiawan yang merupakan pemuda milenial sekaligus anggota poktan Ngesti Mulyo menyampaikan pengalamannya tentang manfaat yang sudah dirasakan setelah mengaplikasikan elisitor biosaka.
Perry Setiawan telah mengaplikasikan biosaka ke tanaman melon dirumah kasa miliknya seluas 100 m2 dan luar biasa hasilnya, sebelum menggunakan biosaka hanya bisa mendapatkan keuntungan bersih 2,5 juta rupiah tetapi setelah penggunaan biosaka bisa menghasilkan keuntungan bersih 9 juta rupiah.
Biosaka ini juga telah diaplikasikan pada demplottanaman padi yang saat ini sudah memasuki fase vegetatif dengan pertumbuhan tanaman terlihat cukup bagus baik parlakuan dengan penggunaan 0% pupuk kimia, 25% pupuk kimia, maupun 50% pupuk kimia dari kebiasaan penggunaan pupuk kimia yang digunakan oleh petani, ujar Ferry Setiawan.