Official Website   I   Portal BBPPMBTPH

6281314599954

       

[email protected]

Detail Berita

KENDALA UJI TETRAZOLIUM PADA BENIH KACANG TANAH DI LABORATORIUM PENGUJIAN

   Viabilitas benih adalah kemampuan benih untuk berkecambah pada kondisi yang optimum untuk perkecambahan. Pada umumnya viabilitas benih diuji melalui pengujian daya berkecambah, dimana pengujian ini memerlukan waktu yang cukup lama yaitu 5 sd 10 hari, sehingga seringkali menjadi kendala dalam proses sertifikasi, dimana beberapa konsumen pengujian mengharapkan dapat memperoleh hasil pengujian yang lebih cepat namun tetap akurat. Berdasarkan ISTA Rules uji tetrazolium (TZ) merupakan uji cepat viabilitas benih yang dapat digunakan untuk menentukan viabilitas benih secara cepat (± 2 hari) yaitu dengan pelembaban 18 jam, pewarnaan 18 jam, dan konsentrasi TZ 1%. Proses ini  tidak mudah diterapkan di laboratorium benih di Indonesia yang pada umumnya  memiliki jam kerja mulai  07.30 sampai dengan 16.00. Sehingga pada Tahun 2010 Balai Besar PPMBTPH melaksanakan pengembangan metode untuk memperoleh metode uji TZ  yang sesuai untuk diterapkan di laboratorium penguji. Metode hasil pengembangan metode tersebut yaitu pelembaban 18 jam, pewarnaan 24 jam, dengan konsentrasi TZ 0,5%,  sebagai pengganti metode baku  yang lebih efektif karena sesuai jam kerja.  Selanjutnya untuk membuktikan  metode tersebut (pelembaban 18 jam, pewarnaan 24 jam, dan konsentrasi TZ 0,5%) merupakan metode viabilitas yang valid untuk dipalikasikan serta, untuk pendugaan nilai daya berkecambah benih kacang tanah dengan uji tetrazolium melalui uji banding antar analis Balai Besar PPMBTPH dan uji banding di beberapa laboratorium penguji BPSB di Indonesia, maka pada Tahun 2023 dilakukan validasi metode. Bahan uji validasi terdiri dari tiga varietas dengan tiga tingkat persentase viabilitas yang berbeda yaitu < 60% (Situraja DM1);    80 sd 90% (Hypoma 1 lot A) ; dan 91 sd 100% (Jerapah, Hypoma 1lot B dan lot C). Validasi dilakukan melalui uji banding antar analis laboratorium Balai Besar PPMBTPH sebanyak tiga analis dan uji banding antar laboratorium penguji BPSB sebanyak 10 laboratorium.

Saat pengamatan uji TZ di laboratorium peserta uji banding/ validasi dilakukan pendampingan oleh Tim Balai Besar PPMBTPH terutama pada bahan uji Situraja DM1 dan Hypoma 1 lot A, yang berdasarkan hasil observasi memiliki pola pewarnaan yang lebih beragam sehingga mebutuhkan persamaan interprestasi dalam evaluasi pola pewarnaan.

Selama pendampingan terdapat beberapa kendala yang timbul saat pengujian TZ di laboratorium peserta, sehingga perlu dilakukan uji ulang. Kendala tersebut  antara lain:

a.   Jumlah contoh kerja 400 butir (4 ulangan x 100 butir), tetapi jumlah butir per ulangan tidak 100 butir (jumlah benih hilang atau bertambah lebih dari 5 butir).

b.   Kisaran toleransi maksimum antar empat ulangan tidak memenuhi.

c.   Pembuatan larutan tetrazolium dengan konsentrasi tidak 0,5% (harusnya 5 gram 2,3,5-triphenyl tetrazolium clorida/bromida (TZ) dilarutkan  pada 1liter larutan buffer tetapi yang digunakan hanya 0,5 gram), sehingga menimbulkan pola pewarnaan yang pucat, yang  menyulitkan evaluasi.

Selain itu terdapat faktor-faktor dalam pengujian viabilitas yang dapat mempengaruhi hasil pengujian antara lain:

a.   Kondisi lingkungan pengujian yang kurang mendukung, seperti  kurangnya cahaya yang diperlukan terutama saat evaluasi uji TZ. 

b.   Pengecekan pH media daya berkecambah yang harus dilakukan sebelum pengujian.

Dokumentasi pendampingan pengujian viabilitas ke laboratorium peserta tersaji  pada gambar berikut.

       Gambar. Pendampingan pelaksanaan uji TZ di laboratorium penguji  UPTD BPSBTPH  Jawa Barat (a) dan Banten (b).

Informasi tersebut disampaikan untuk dapat melihat kesiapan  sumberdaya dan prasarana laboratorium pengujian benih dalam melaksanakan uji viabilitas dengan uji tetrazolium.